Saturday, 16 December 2017

Identifikasi Berbagai Jenis Perairan


Identifikasi Berbagai Jenis Perairan

1.    Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernyabdi daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak-anak sungai, dan limpasan dari air tanah.
Ada beberapa bentuk atau tipe sungai, yaitu:
a.    Sungai konsekwen lateral
Yaitu sungai yang arah alirannya menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi seperti, dome, black mountain, atau dataran yang baru terangkat.
b.    Sungai konsekwen longitudinal
Yaitu sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang pegunungan).
c.    Sungai subsekwen
Yaitu sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai konsekwen lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi ke samping dan memperluas lembahnya.
d.    Sungai superimposed
Yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
e.    Sungai anteseden
Yaitu sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
f.    Sungai resekwen
Yaitu sungai yang mengalir menutupi dip slope (kemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan sungai resekwen lateral.
g.    Sungai obsekwen
Yaitu sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
h.    Sungai insekwen
Yaitu sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
i.    Sungai reverse
Yaitu sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
j.    Sungai komposit
Yaitu sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai komposit.
k.    Sungai anaklinal
Yaitu sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
l.    Sungai kompound
Yaitu sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.

A.    Pola Aliran Sungai
Ada beberapa pola aliran sungai, yaitu:
a.  Pararel
Yaitu pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali sehingga gradien dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus.
b.  Rektangular
Yaitu pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku-siku.
c.  Angulat
Yaitu pola aliran yang tidak membentuk sudut siku-siku tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 90°.
d.  Radial sentripetal
Yaitu pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, hanya pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
e.  Radial sentrifugal
Yaitu pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.
f.  Trelis
Yaitu pola aliran yang berbentuk seperti tralis. Di sini, sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
g.  Anular
Yaitu variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai konsekwen, subsekwen, resekwen, dan obsekwen.
h.  Dendritik
Yaitu pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang batu-batuannya homogen, dan lereng-lerengnya tidak begitu terjal, sehingga sungai-sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

B. Meander Sungai
Meander adalah bentuk kelokan-kelokan aliran sungai. Kenampakan ini sering didapati pada aliran sungai di daerah dataran rendah. Terbentuknya meander adalah karena adanya reaksi dari aliran sungai terhadap batu-batuan yang relatif homogen dan kurang resisten terhadap erosi.

C. Delta
Pada ujung aliran dekat muara di laut atau danau, akan terbentuk suatu endapan yang disebut delta. Delta memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut, antara lain: jenis batuan, kecepatan aliran sungai, dan musim.
2.  Danau
Danau ialah kumpulan air dalam cekungan tertentu, yang biasanya berbentuk mangkuk. Danau mendapatkan air dari curah hujan, sungai-sungai, mata air, dan air tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut:
a.  Danau air asin
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semi arid dan arid, dimana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau-danau yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh-contoh danau dengan kadar garam yang tinggi adalah Great salt lake yang kadar garamnya sebesar 18,6%, dan Danau Merah (dekat Laut Asam) yang kadar garamnya 32%.
b.  Danau air tawar
Danau air tawar terutama terdapat di daerah-daerah humid (basah) di mana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka. Contohnya adalah danau-danau air tawar dari air hujan adalah danau-danau di Indonesia. Contoh danau air tawar dari air hujan atau salju adalah danau-danau di Kanada.

Gambar. Yehezkiel Ginting di Danau Linting

Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.  Danau tektonik
Danau tektonik terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi yang menimbulkan bentuk-bentuk patahan, slenk, dan lain-lain. Contoh danau tektonik adalah: Danau Nyasa dan Danau Tanganyika di Afrika Timur, serta Great Basin di Amerika Serikat.
b.  Danau lembah gletser
Setelah zaman es berakhir, daera-derah yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi oleh air itu tidak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau.
c.  Danau vulkanis
Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Pada bekas suatu letusan gunung api akan timbul suatu cekungan yang disebut depresi vulkanis. Bentuk dan luas danau vulkanis yang terjadi tergantung pada macam proses vulkanis yang membentuknya. Di Indonesia terdapat banyak danau vulkanis, misalnya: Mar Gunung Lamongan, Danau Toba yang merupakan danau kaldera, danau kawah di Gunung Kelud, dan lain sebagainya.
d.  Danau dolina
Danau dolina/ dolin merupakan danau yang terdapat di derah karts dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tidak tembus air, maka air hujan yang jatuh tertampung di dolina tak dapat terus masuk ke tanah kapur, sehingga terjadilah danau dolina.
e.  Danau terbendung
Bahan-bahan lepas maupun terikat, misalnya runtuhan gunung, moraine ujung dari gletser, aliran lava yang membendung lembah sungai, sehingga aliran airnya akan tertahan dan akhirnya membentuk danau. Di sini termasuk pula danau hasil bendungan manusia yang disebut waduk atau dam.
f.  Danau karena erosi sungai
Cintoh: danau tapal kuda (oxbow lake).

3.  Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Wilayah rawa yang luas terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Irian Jaya). Daerah berawa-rawa terjadi mengikuti perluasan daratan karena sedimentasi akuatis. Oleh karena itu, rawa dapat dijumpai pada tempat-tempat yang syarat-syarat sedimentasi akuatisnya memungkinkan, misalnya daerah-daerah pantai Papua (Irian Jaya), pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, dan pantai Kalimantan. Daerah rawa-rawa merupakan sarang nyamuk malaria. Nyamuk malaria dapat diberantas dengan membuat perikanan di daerah tersebut. Untuk mengubah rawa menjadi daerah pertanian maka harus dilakan drainase terlebih dahulu.
Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a.  Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah-tanah di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air yang kemerah-merahan.
b.  Rawa yang airnya tidak selalu tergenang
Rawa jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahannair sungaibpada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air lait surut. Akibat adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut.
Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam ialah banyaknya pohon-pohon Rumbia. Untuk memanfaatkan wilayah rawa-rawa, pemerintah Indonesia telah mencoba mengeringkannya untuk dijadikan lokasi pemukiman dan lahan pertanian bagi para transmigran, meskipun hasilnya belum optimal.
Rawa dapat dimanfaatka sebagai berikut:
a.  Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
b.  Rawa yang airnya tidak terlalu asam dapat untuk daerah perikanan.
c.  Sebagai sumber pembangkit listrik.
d.  Sebagai objek wisata.



0 komentar:

Post a Comment

Yehezkiel. Powered by Blogger.